Kisah dari Masa Kejayaan yang Menghilang
Majapahit dikenal sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara. Berdiri pada abad ke-13 di bawah kepemimpinan Raden Wijaya, kerajaan ini berhasil menyatukan hampir seluruh wilayah Asia Tenggara di bawah panji Bhinneka Tunggal Ika.
Namun, seperti cahaya yang perlahan meredup, kejayaannya tiba-tiba menghilang tanpa jejak pasti.
Banyak catatan sejarah mencatat kejatuhan Majapahit, tetapi tidak ada satu pun bukti yang benar-benar menjelaskan bagaimana kerajaan sebesar itu bisa lenyap dari peradaban.
Apakah diserang musuh? Ataukah runtuh dari dalam karena perebutan kekuasaan? Pertanyaan inilah yang membuat misteri Majapahit terus hidup hingga kini.
Masa Kejayaan Majapahit
Untuk memahami kejatuhannya, kita perlu menengok kembali masa keemasannya.
Majapahit mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Hayam Wuruk (1350–1389 M) dan Mahapatih Gajah Mada, tokoh legendaris yang mengucapkan Sumpah Palapa: tekad untuk menyatukan seluruh wilayah Nusantara.
Di masa ini, perdagangan berkembang pesat. Kapal-kapal dari Tiongkok, India, dan Arab berlabuh di pelabuhan Majapahit membawa rempah, sutra, dan emas.
Kerajaan ini bukan hanya pusat ekonomi, tetapi juga simbol kekuatan diplomasi dan kebudayaan.
Namun, setelah wafatnya Hayam Wuruk, tanda-tanda perpecahan mulai tampak. Gajah Mada sudah meninggal, dan penerusnya tidak sekuat pendahulunya. Inilah awal dari bayangan kelam yang menunggu di ujung kejayaan.
Awal Keruntuhan: Konflik Internal
Salah satu penyebab utama hilangnya Kerajaan Majapahit diyakini berasal dari konflik internal dan perebutan tahta.
Setelah Hayam Wuruk wafat, muncul perselisihan antara keturunannya mengenai siapa yang berhak memerintah.
Perang saudara yang terkenal dengan sebutan Perang Paregreg (1404–1406) menjadi titik balik kehancuran Majapahit.
Pertikaian antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi bukan hanya memecah kerajaan, tetapi juga melemahkan kekuatan politik dan ekonomi.
Akibat perang itu, banyak daerah tak lagi mengakui kekuasaan pusat. Wilayah seperti Bali, Palembang, dan Banjarmasin mulai melepaskan diri.
Perpecahan ini membuat Majapahit kehilangan wibawa sebagai pusat Nusantara.
Faktor Luar: Munculnya Islam dan Perubahan Jalur Perdagangan
Selain konflik internal, munculnya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir utara Jawa turut memengaruhi keruntuhan Majapahit.
Kota pelabuhan seperti Demak, Gresik, dan Tuban menjadi pusat baru perdagangan dan spiritualitas Islam.
Banyak bangsawan Majapahit yang kemudian berpindah keyakinan dan bergabung dengan kerajaan Islam karena melihat peluang baru di sana.
Selain itu, jalur perdagangan global juga bergeser. Kapal-kapal dagang lebih memilih rute laut yang melewati Selat Malaka, bukan lagi pelabuhan Majapahit di Jawa Timur.
Secara perlahan, Majapahit kehilangan kendali atas perdagangan internasional. Kekayaannya merosot, dan rakyatnya mulai berpindah ke wilayah pesisir yang lebih makmur.
Misteri yang Menyelimuti Kejatuhan
Sejarah mencatat bahwa sekitar tahun 1478 M, kekuasaan Majapahit resmi berakhir.
Namun, tidak ada catatan pasti tentang pertempuran besar yang menandai kejatuhannya. Hanya ada prasasti singkat yang berbunyi:
“Sirna ilang kertaning bumi.”
(Hilanglah kemakmuran bumi.)
Kalimat ini diyakini menggambarkan kehancuran Majapahit, tapi banyak sejarawan berpendapat bahwa kerajaan itu tidak benar-benar lenyap, melainkan berubah bentuk.
Beberapa ahli meyakini bahwa sebagian bangsawan Majapahit melarikan diri ke wilayah barat dan mendirikan Kerajaan Demak.
Artinya, semangat Majapahit masih hidup, hanya berganti wajah menjadi kekuatan Islam baru di Jawa.
Jejak Fisik yang Masih Tersisa
Walau hilang dari kekuasaan, peninggalan Majapahit masih bisa kita temukan hingga kini.
Salah satunya adalah Trowulan, yang diyakini sebagai ibu kota Majapahit.
Di sana terdapat reruntuhan gapura, candi, dan artefak yang menunjukkan kemajuan arsitektur dan seni mereka.
Situs seperti Gapura Bajang Ratu, Candi Tikus, dan Kolam Segaran menjadi saksi bisu masa keemasan kerajaan ini.
Arkeolog terus menggali untuk mencari bukti baru, dan setiap penemuan selalu menambah teka-teki baru tentang bagaimana kerajaan ini menghilang begitu cepat.
Pengaruh Majapahit pada Budaya Indonesia Modern
Meskipun hilang, pengaruh Majapahit tetap melekat kuat dalam budaya Indonesia.
Semboyan nasional “Bhinneka Tunggal Ika” diambil dari kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.
Konsep persatuan dalam keberagaman yang ditanamkan oleh Majapahit masih menjadi fondasi penting bangsa ini hingga sekarang.
Selain itu, tradisi kerajaan Jawa seperti upacara adat, sistem sosial, dan bahasa Kawi juga merupakan warisan langsung dari masa itu.
Teori Alternatif: Benarkah Majapahit Tidak Pernah Runtuh?
Beberapa peneliti menawarkan teori bahwa Majapahit sebenarnya tidak runtuh, melainkan bertransformasi menjadi kerajaan-kerajaan baru.
Menurut teori ini, Majapahit membaur dengan budaya Islam dan menjadi dasar bagi Kerajaan Demak, Pajang, hingga Mataram Islam.
Pendapat ini didukung oleh kesamaan pola pemerintahan, penggunaan gelar bangsawan, dan struktur politik yang mirip antara Majapahit dan kerajaan-kerajaan Islam setelahnya.
Jika teori ini benar, maka bisa dikatakan bahwa Majapahit tidak benar-benar lenyap — hanya beradaptasi dengan zaman.
Pengaruh Luar dan Hilangnya Catatan Sejarah
Salah satu penyebab lain sulitnya melacak kejatuhan Majapahit adalah minimnya catatan sejarah yang bertahan.
Banyak naskah kuno dan prasasti hilang akibat peperangan, bencana alam, dan pergantian kekuasaan.
Selain itu, penulisan sejarah pada masa itu masih bersifat simbolik dan tidak kronologis seperti sekarang.
Akibatnya, kisah tentang hilangnya kerajaan Majapahit lebih banyak hidup melalui legenda dan cerita rakyat.
Di beberapa daerah Jawa Timur, masyarakat masih mempercayai bahwa roh para leluhur Majapahit menjaga tanah mereka hingga kini.
Misteri yang Tak Pernah Usai
Setiap kali arkeolog menemukan artefak baru di situs Trowulan, pertanyaan yang sama selalu muncul: Apa sebenarnya yang membuat kerajaan ini hilang begitu cepat?
Apakah karena perang saudara, pengaruh agama baru, atau memang takdir sejarah?
Hingga kini, belum ada jawaban pasti. Namun satu hal yang jelas: Majapahit meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi peradaban Indonesia.
Jejaknya tidak hanya dalam bentuk bangunan, tetapi juga dalam cara bangsa ini berpikir, berpolitik, dan memandang perbedaan.
Refleksi: Belajar dari Kejayaan dan Kejatuhan
Kehancuran Majapahit mengajarkan bahwa sebesar apa pun kekuasaan, akan runtuh jika kehilangan persatuan.
Konflik internal, perebutan kepentingan, dan kehilangan arah membuat kerajaan sekuat Majapahit pun tumbang tanpa peperangan besar.
Namun, kejayaan mereka membuktikan bahwa persatuan dan visi besar dapat melahirkan peradaban megah.
Majapahit pernah menunjukkan bahwa Nusantara bisa berdiri kokoh di mata dunia.
Mungkin itulah alasan mengapa kisahnya tidak pernah benar-benar berakhir.
Penutup: Jejak Sang Nusantara Agung
Lebih dari enam abad berlalu, nama Majapahit tetap hidup dalam ingatan bangsa Indonesia.
Meski istananya telah runtuh, nilai-nilai kebesaran, keberanian, dan persatuan masih menjadi semangat yang diwariskan kepada generasi kini.
Misteri tentang hilangnya Kerajaan Majapahit mungkin tak akan pernah terjawab sepenuhnya, tetapi warisan budayanya akan terus menjadi bagian dari jati diri bangsa.
Dan mungkin, di balik reruntuhan Trowulan yang sepi, masih ada bisikan masa lalu yang menunggu untuk ditemukan.










